Monday, October 9, 2017

METODE-METODE DALAM SOSIOLOGI


KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II KAJIAN TEORIKA............................................................................ 2
A. Pentingnya MSDM.............................................................................. 2   
B. Pengertian manajemen sumber daya manusia...................................... 2
C. Komponen MSDM............................................................................. 17
D. Peranan MSDM................................................................................... 2   
E. Perkembangan MSDM......................................................................... 2
F. Metode pendekatan MSDM ................................................................
G. Fungsi MSDM.................................................................................... 17
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 17
A. Kesimpulan......................................................................................... 17  
B. Saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terlepas dari aktivitasnya. Setiap aktivitas yang dilakukan pastinya berbeda antara satu dengan yang lain. Mereka mempunyai metode/cara tersendiri untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Tidak beda halnya dengan sebuah ilmu pengetahuan, dalam mempelajarinya juga mempunyai metode-metode untuk memperoleh ilmu tersebut.
Dalam hal ini, pembahasan yang dibahas adalah tentang sosiologi. Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang cara bersosialisasi/berteman. Untuk itu, ada beberapa metode yang digunakan yang berfungsi untuk mempermudah seseorang mengetahui/melakukan penelitian sosiologi. Oleh karena itu, untuk mengetahui apa saja metode dalam sosiologi, akan dibahas pada bab selanjutnya di bawah ini..
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa pertanyaan yang berkenaan tentang metode dalam sosiologi, diantaranya adalah apa itu metode?, metode apa saja yang ada dalam sosiologi?, dan apa pentingnya metode berpikir ilmiah?.



BAB II
KAJIAN TEORIKA
A.    PENGERTIAN METODE
Metode berasal dari kata “methodos” yang terdiri dari kata “metha” yaitu melewati, menempuh atau melalui dan kata “hodos” yang berarti cara atau jalan. Metode artinya cara atau jalan yang akan dilalui atau ditempuh. Sedangkan menurut istilah metode ialah cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan.[1]
Dalam bahasa Jerman, metode disebut dengan methodica yang artinya ajaran tentang metode, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut metodhos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut thariq.[2] Di samping itu ada beberapa para ahli yang mengungkapkan tentang pengertian metode yang telah dipublikasikan dalam “Eurekapendidikan.Com/2014/10, diantaranya adalah:
a.       Menurut Hidayat, kata metode berasal dari bahasa yunani, methodos yang berarti jalan atau cara. Jalan atau cara yang dimaksud disini adalah sebuah upaya atau usaha dalam meraih sesuatu yang diinginkan.
b.      Menurut Heri Rahyub, metode adalah suatu model cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik.
c.       Menurut Hamid Darmadi, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
d.      Menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati, metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu.[3]
Ada dua hal penting dalam metode yaitu cara dalam melakukan sesuatu dan sebuah rencana dalam pelaksanaannya. Adapun fungsinya sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan. Jadi dari defenisi-defenisi di atas dapat dijelaskan bahwa metode adalah jalan/cara yang akan ditempuh sebelum melakukan sesuatu hal sehingga sampai pada tujuan yang ingin dicapai.
Metode terbagi menjadi dua, yaitu metode ilmiah dan metode non ilmiah. Yang dimaksud dengan metode Ilmiah adalah cara untuk menunjukkan dan memberikan bukti akan kebenaran suatu teori atau pernyataan terkait dengan yang akan dikemukakan. Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabila dilakukan dengan struktur metode ilmiah, diantaranya adalah: Perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir atau dasar teori, penarikan hipotesis, eksperimen atau percobaan, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Ciri-ciri dari pada metode ilmiah adalah adanya masalah, data yang valid/sah, diproses secara rasional dan sistematis, dapat diuji, dan ada objek empiris/jelas.[4]
Sedangkan metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada  pendapat atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya.
Untuk penemuan non ilmiah ada beberapa pendekatan yang banyak digunakan, yaitu; pendapat otoritas, pengalaman, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (Trial and Error), metode a priori dan sebagainya.[5] Penelitian non ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif.[6]
Jadi dapat dijelaskan bahwa metode ilmiah adalah cara untuk menunjukkan sebuah kebenaran, yang buktinya dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat objektif, sedangkan untuk menunjukkan kebenaran non ilmiah hanya melalui pikiran saja, belum tentu dapat dibuktikan secara langsung, karena ia bisa ditemukan melalui intuisi, kebetulan, ataupun try and error yang sifatnya subjektif.

B.     METODE-METODE DALAM SOSIOLOGI
Dalam mempelajari ilmu sosiologi ini, metode yang digunakan adalah metode ilmiah. Dalam metode ilmiah terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
1.      Pendekatan kualitatif
Pendekatan kualitatif adalah metode kerja ilmiah yang mengutamakan bahan atau informasi yang nantinya akan diuji berdasarkan tingkat kualitas data. Dengan pendekatan ini sukar didapat indicator atau skala pengukuran berdasarkan angka-angka yang bersifat eksak (tepat dan pasti). Pendekatan ini diawali dengan melihat fenomena-realita-fakta-dan data, merumuskan masalah, merumuskan fokus, mencari data yang terkait, analisis data, validitas data, dan menemukan kebenaran.[7]
Alat-alat yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini adalah.
a.       Wawancara (interview) yaitu metode Tanya jawab antara pelajar dan responden.
b.      Pertanyaan (questionnary) yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket atau polling kepada objek yang dipelajari yang dalam hal ini adalah responden.
c.       Daftar pertanyaan yaitu alat penelitian yang berupa pertanyaan yang ditunjukan kepada responden
d.      Participant observer study, yaitu metode penelitian dimana peneliti ikut melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang diteliti tetapi ia tidak mempengaruhi kehidupan masyarakat yang diteliti.
Dalam pendekatan ini, terdapat beberapa metode untuk menerapkannya, diantaranya adalah:
a.       Metode historis menggunakan analisis atau peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Seorang sosiolog yang ingin menyelidiki akibat-akibat revolus (secara umum) akan mempergunakan bahan sejarah untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi masa silam.
b.      Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan serta sebab-sebabnya, perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku pada masyarakat masa silam dan masa sekarang, dan juga masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama.
c.       Metode studi kasus (case study) bertujuan mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Study kasus dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan,kelompok masyarakat setempat (community), lembaga-lembaga maupun individu. Dasarnya adalah bahwa penalaah suatu persoalan khusus yang merupakan gejala umum dari persoalan lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode study kasus adalah misalnya wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), dari fakta pertanyaan-pertanyaan (schedules), participant observer technique, dan lain-lain. Teknik wawancara sering kali dipakai apabila diperlukan data penting dari masyarakat lain. Teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak tersusun dan secara tersusun. Pada yang pertama penyelidik menyerahkan pembicaraan kepada orang yang di ajak wawancara, sedangkan pada yang terakhir penyelidik yang memimpin pembicaraan. Dalam mempergunakan teknik tersebuk,penyelidik harus sadar bahwa apa yang di kemukakan oleh yang di ajak wawancara, paling tidak terpengaruhi oleh kehadirannya. Pada teknik questionaires, telah dibuat pertanyaan-pertanyaan yang akan di ajukan. Teknik tersebut hampir sama dengan schedules dimana dilakukan wawancara melalui daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Dalam participant observer technique, penyelidik ikut serta dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diselidikinya.dalam hal ini penyelidik akan berusaha sedapat-dapatnya untuk tidak mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat yang sedang diselidikinya.[8]
d.      Metode Survei Lapangan adalah metode yang digunakan dengan cara turun secara langsung kedalam lingkungan masyarakat untuk mendapatkan data.
e.       Metode Pertisipasi adalah metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian secara mendalam terhadap suatu kelompok tertentu. Agar mendapatkan data dengan metode ini, Peneliti harus berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat/kelompok yang diamati.
f.       Metode Empiris adalah metode yang menggunakan fakta yang telah terjadi dalam masyarakat untuk mendapatkan data.
g.      Metode Rasionalistis adalah metode yang menggunakan akal sehat untuk menemukan dan meninjau masalah-masalah yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
h.      Metode Fungsionalisme adalah metode yang digunakan untuk menilai bagaimana fungsi suatu lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.
i.        Metode Studi Pustaka adalah metode yang memanfaatkan berbagai literatur dan buku untuk mendapatkan suatu data. Metode ini tidak memerlukan banyak biaya karena dapat memanfaatkan perpustakaan untuk mendapatkan banyak sumber. Namun peneliti harus memiliki kemampuan untuk mencari buku – buku yang memang sesuai dengan topik yang akan dibahas.[9]


2.      Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, table, dan formula-formula yang semua mempergunakan ilmu pasti atau matematika.[10] Pendekatan ini diawali dengan teori, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mencari data yang terkait, pembuktian hipotesis, dan menemukan kebenaran. Alat yang sering digunakan dalam pendekatan ini adalah angket.
Untuk melakukan atau mencari data dalam pendekatan ini, maka metode yang sering digunakan adalah metode statistik. Metode statistik bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis. Akhir-akhir ini  dihasilkan suatu teknik yang dinamakan sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif. Sociometry mempergunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempeljari hubungan antarmanusia dan masyarakat, jadi sociometry adalah himpunan konsep-konsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan-hubungan secara kuantitatif.[11]
Jadi dapat dijelaskan bahwa dalam pendekatan dalam sosiologi ada dua yaitu pendekatan kualitatif yang mengutamakan kualitas, yang dilakukan dengan beberapa metode seperti metode historis, komparatif, studi kasus, survei lapangan, dll. Sedangkan pendekatan kuantitatif lebih kepada jumlah berbentuk angka, yang sering dilakukan dengan metode statistik.
C.    PENTINGNYA METODE BERPIKIR ILMIAH
Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebut suatu ilmu apabila diperoleh melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu, tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Tujuan dari penggunaan metode ilmiah adalah tuntutan supaya ilmu pengetahuan bisa terus berkembang seiring perkembangan zaman dan menjawab tantangan yang dihadapi. Dengan berbagai riset yang dilakukan oleh para ilmuwan guna mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan (sains) yang akan mempermudah dari persoalan-persoalan manusia.
Seperti diketahui bahwa berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan menggunakan metode berpikir ilmiah manusia bisa terus mengupdate pengetahuan, menggali, dan mengembangkannya.
Keunggulan metode ilmiah, yaitu: Mencintai kebenaran obyektif, bersifat adil, hidup bahagia, kebenaran tidak absolut karena kebenaran dicari secara terus menerus, dengan metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa bukti, dengan metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis, teliti, berani membuat pernyataan yang benar menurut ilmiah.

Kelemahan Metode Ilmiah, yaitu: Metode ilmiah tidak mungkin bisa menjangkau objek yang bersifat inmateri (gaib),  dikarenakan tidak adanya wujud, ukuran, dan timbangan yang jelas, terlalu bergantung pada objek yang ada, dan membutuhkan waktu yang lama, karena penelitian dilakukan secara berulang.[12]
Jadi dapat dijelaskan bahwa pentingnya metode berpikir ilmiah adalah cara untuk memperoleh ilmu yang valid dan dapat dipercaya kebenarannya melalui kerja ilmiah, serta manusia bisa terus mengupdate pengetahuan, menggali, dan mengembangkannya.









BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Metode adalah jalan/cara yang akan ditempuh sebelum melakukan sesuatu hal sehingga sampai pada tujuan yang ingin dicapai. Metode ada dua bagian yaitu metode ilmiah yang merupakan cara untuk menunjukkan sebuah kebenaran, yang buktinya dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat objektif, sedangkan untuk menunjukkan kebenaran non ilmiah hanya melalui pikiran saja, belum tentu dapat dibuktikan secara langsung, karena ia bisa ditemukan melalui intuisi, kebetulan, ataupun try and error yang sifatnya subjektif.
2.      Dalam sosiologi, metode yang digunakan adalah metode ilmiah. Metode ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif yang mengutamakan kualitasnya, dan pendekatan kuantitatif yang lebih kepada jumlah berbentuk angka. Pendekatan-pendekatan ini memiliki beberapa metode dalam menerapkannya. Adapun metode dalam pendekatan kualitatif adalah metode historis, komparatif, survei lapangan, dll. Sedangkan metode dalam pendekatan kuantitatif adalah metode statistik.
3.      Pentingnya metode berpikir ilmiah adalah cara untuk memperoleh ilmu yang valid dan dapat dipercaya kebenarannya melalui kerja ilmiah, serta manusia bisa terus mengupdate pengetahuan, menggali, dan mengembangkannya.
B.     SARAN
Berdasarkan hasil makalah yang dibuat ini, semoga bermanfaat bagi pribadi sendiri. Di samping itu, semoga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa yang masih dalam fase belajar, serta mempermudah mahasiswa dalam memahami sebuah metode, sehingga dapat difungsikan dalam perkuliahannya sehari-hari. Jauh sebelumnya, telah disadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam perbaikan makalah ini.













DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin,1996, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Setiadi, Elly M, dan Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Soekanto, Suryono, 2005, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
WEB SITE









[2]Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 35.
[6]http://forces.lk.ipb.ac.id/2010/08/22/ilmiah-dan-non-ilmiah/, diakses pada tanggal 17 July 2016, 11.45 WIB
[7] Setiadi, Elly M, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 27
[8] Soekanto, Suryono, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 43
[10] Soekanto, Suryono, Sosiologi suatu Pengantar, ..., hal. 44
[11] Ibid

Friday, June 10, 2016

Makalah Teknik Monitoring dan Evaluasi Dakwah


SUBSTANSI KEGIATAN DAKWAH ISLAM

A.  Pengantar
       Dakwah Islam merupakan sebuah kegiatan menyeru, mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk amar ma’ruf dan nahi munkar. Dalam prakteknya pelaksanaan kegiatan dakwah memerlukan perencanaan yang matang demi tercapainya target dari kegiatan dakwah tersebut.

B.  Pembahasan
              I.          Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan[1].Secara terminologis pengertian dakwah ialah ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Sedangkan definisi dakwah menurut para ulama ialah sebagai berikut:
1.      Ali makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” menegaskan bahwa dakwah adalah usaha mendorong manusia untuk berbuat baik dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.      Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa dakwah itu ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana agar menaati ajaran-ajaran Allah yaitu islam termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[2]


           II.          Pengertian Islam
Secara harfiah, islam bentuk lain dari kata aslama merujuk pada sebuah ayat berikut, berarti “menyerahkan diri/jiwa kepada..” yakni QS 2:122 yang artinya:

112. “(tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Atau berarti “menaati” dengan tulus hati/mengikhlaskan kepada kebenaran” sesuai dengan ayat QS 72:14

      14. “dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.”

Pemakaian terma islam untuk sebuah nama agama, menuntut adanya aturan-aturan formal sebagai predikat sehingga dapat diidentifikasi perilaku tertentu mana dan sikap jiwa tertentu mana yang mncerminkan
Aktualisasi agama islam dan yang bukan merupakan pencerminan darinya. Pada umumnya islam dimengerti hanya sebagai nama untuk sebuah agama, yaitu agama yang telah “terorganisasikan”, agama formal atau agama mapan. Sebagai nama agama, islam menunjuk pada ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. untuk membimbing umat manusia. Bukan Cuma untuk umat tertentu. Hal itu karena Nabi Muhammad S.A.W. adalah utusan Allah SWT yang paling akhir, yang setelah kewafatannya, Tuhan tidak pernah mengutus siapapun untuk menyempaikan risalahnya, kecuali penerus risalah Nabi Muhammad S.A.W. tersebut. Sebelum menjadi nama untuk keyakinan dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. islam diyakini oleh umat islam sebagai keyakinan dan ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim as. Nabi Muhammad diyakini tidak membawa ajaran agama baru, karena pada dasarnya agama islam yang dibawanya adalah juga ajaran yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi ibrahim a.s dan bahkan juga nabi dan rasul sebelumnya.[3]
                                                                                                    
        III.          Substansi Kegiatan Dakwah Islam
     Ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dakwah, yaitu:
1)   Memberikan penjelasan secara kompherensif kepada seluruh elemen dakwah yang ada dalam organisasi dakwah
2)   Menumbuhkan kesadaran bagi setiap pelaku dakwah untuk menyadari, memahami dan menerima baik tujuan yang telah ditetapkan
3)   Setiap pelaku dakwah paham terhadap struktur organisasi yang dibentuk
4)   Memperlakukan bawahan dengan baik dan memberikan penghargaan yang diiringi dengan bimbingan dan petunjuk untuk semua anggotanya.

Oleh karena itu pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan tersebut. Karena pemimpin dakwah harus mampu mengoptimalkan semua anggotanya melalui 4 kunci dari pelaksanaan kegiatan dakwah islam tersebut, yakni[4]:

1)   Pemberian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin, Mavere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khusunya kepada bawahan atau pengikut. Motivasi mmempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semuaa kemmapuan dan ketrampilannyauntuk mewujudkan tujuan organisasi.[5] Dengan demikian motivasi merupakan dinamisator bagi para elemen dakwah yang secara ikhlas dapat merasakan bahwa pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. [6]
Untuk lebih jauh memahami pengertian dan hakikat motivasi dalam sebuah organisasi, maka ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya motivasi, yaitu:
a)    Adanya proses kerjasama antara pemimpin dan bawahan
b)   Terjadinya proses interaksi antara bawahan dan orang lain yang diperhatikan, diarahkan, dibina dan dikembangkan, tetapi ada juga yang dipaksakan agar tindakan dan perilaku bawahan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pemimpin.
c)    Adanya perilaku yang dilakukan oleh para anggota berjalan sesuai dengan sistem nilai atau aturan ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
d)   Adanya perbedaan perilaku yang ditampilkan oleh para anggota dengan latar belakang dan dorongan yang berbeda-beda.

Jadi, motivasi itu merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antarsikap, kebutuhan persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.[7]


2)   Melakukan Bimbingan
Bimbingan di sini dapat diartikan sebagai tindakan pimpinan dakwah yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Dalam proses pelaksanaan aktivitas dakwah itu masih banyak hal-hal yang harus diberikan sebagai sebuah arahan atau bimbingan. Hal ini dimaksudkan untuk membimbing para elemen dakkwah yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah dirumuskan untuk menghindari kemacetan atau penyimpangan. Pekerjaan ini lebih banyak dilakukan oleh pemimpin dakwah, karena mereka yang lebih banyak mengetahui kebijakan organisasi, yakni akan dibawa kemana arah organisasi.
Adapun komponen dakwah yang dapat membantu da’i dalam melaksanakan perannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah:
a)    Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya. Ini merupakan prinsip yang mendasar dari sebuah bimbingan , dimana diharapkan para pemimpin dakwah memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai perkembangan pribadi serta kemajuan anggotanya.
b)   Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat membantu, yaitu dengan memmberikan saran mengenai strategi dakwah yang diiringi dengan alternatif-alternatif tugas dakwah dengan membagi pengetahuan.
c)    Memberikan sebuah dorongan , ini bisa berbentuk dengan mengikutsertakan ke dalam program pelatihan-pelatihan yang relevan. Bimbingan ini bisa dengan memberikan informasi mengenai peluang pelatihan, serta pengembangan yang relevan atau dalam bentuk memberikan sebuah pengalaman yang akan memmbatu tugas selanjutnya.
d)   Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan yang penting dalam rangka perbaikan efektivitas unit organisasi.

3)   Penyelenggaraan Komunikasi
Dalam pelaksanaan dakwah komunikasi merupakan sesuatu yang sangat berperan penting karena tanpa komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pelkasana dakwah, maka pola hubungan dalam sebuah organisasi dakwah akan mandek, sebab komunikasi akan mempengaruhiseluruh sendi organisasi dakwah.
Kinerja komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi dakwah. Adapun manfaat dari penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana yang efektif dalam sebuah organisasi adalah:
a)    Komunikasi dapat menempatkan orang-orang pada tempat yang seharusnya.
b)   Komunikasi menempatkan orang-orang untuk terlibat dalam organisasi, yaitu dengan meningkatkan motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
c)    Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik antara atasan dan bawahan, mitra, orang-orang di luar organisasi dan di dalam organisasi.
d)   Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan.

4)   Menjalin Hubungan
Organisasi dakwah adalah sebuah organisasi merupakan sebuah organaisasi yang berbentuk sebuah tim atau kelompok dimana semua kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Definisi dari sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi ke arah tujuan yang sama. Untuk itu diperlukan sebuah jalinan hubungan yang harmonis antara semua elemen yang terkait dalam aktivitas dakwah.
Beberapa alasan mengapa sebuah hubungan diperlukan dalam suatu kelompok, anatara lain ialah:
a)    Keamanan
Dengan bergabung dalam suatu kelompok, individu  dapat mengurangi rasa kecemasan, akan merasa lebih kuat, perasaan ragu akan terkurangi, dan akan lebih tahan terhadap ancaman bila mereka merupakan bagian dari suatu kelompok.

b)   Status
Termasuk dalam hubungan kelompok yang dipandang penting oleh orang lain memberikan sebuah perasaan berharga yang mnegikat pada anggota-anggota kelompok itu sendiri.

c)    Pertalian
Hubungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dengan interaksi yang teratur yang mengiringi hubungan tersebut.

d)   Kekuasaan
Apa yang tidak dapat diperoleh secara individual sering menjadi mungkin lewat tim, ada kekuatan dengan sebuah tim.

e)    Prestasi baik
Ketika diperlakukan lebih dari satu orang untuk mencapai suatu tugas tertentu, maka ada kebutuhan untuk mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuatan agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan, sehingga dalam kepentingan sebuah manajemen akan menggunakan suatu tim formal.

C.  Tujuan Kegiatan Dakwah Islam
a.       Memanggil kita pada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan, rumah tangga, masyarakat dan sebagainya
b.      Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisikan manusia secara heterogen, bermacam karakter, pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada ‘ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas manusia
c.       Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.[8]

d.      Manfaat Kegiatan Dakwah Islam
Kegiatan dakwah atau penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan kegiatan dakwah ini, pimpinan menggerakkan semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.

e.       Kesimpulan
dakwah ialah ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat atau bisa juga dikatakan sebagai kegiatan menyeru, mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk menerjakan amar ma’ruf dan nahi munkar baik muslim maupun non muslim.
            Substansi kegiatan dakwah islam ialah:
1)      Pemberian Motivasi
2)      Melakukan Bimbingan
3)      Penyelenggaraan Komunikasi
4)      Menjalin Hubungan
Tujuan kegiatan dakwah adalah untuk memanggil kita kepada syari’at, pada fungsi hidup sebagai hamba Allah, dan memanggil kita pada tujuan hidup yang hakiki.
Manfaat dari pengadaan kegiatan dakwah selain berupa efek dakwah yang akan dirasakan oleh mad’u ialah terjalinnya hubungan antara pemimpin dengan bawahan dalam organisasi tersebut melalui substansi-substansi kegiatan dakwah yaitu proses pemberian motivasi, bimbingan, komunikasi dan penjalinan hubungan.






















DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, S.P Malayu. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta. Bumi Aksara.
Ilahi, Wahyu.dan Munir. Manajemen dakwah.Jakarrta: Prenada media group.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar ilmu dakwah. Jakarta: Rajawali pers.
Ilahi, wahyu. Harjani Hefni. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta. Kencana
Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. Raja Grafindo.




[1] Wahidin Saputra. Pengantar ilmu dakwah. Rajawali pers. 2011.Jakarta., hlm 1.
[2] Wahyu Ilahi dan M.Munir, Manajemen dakwah, hlm 20.
[3] Ibid, wahidin Saputra, hlm 81
[4] Ibid, M. Nur. Wahyu Ilahi,hlm 140
[5] Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. 2011. Jakarta. Bumi Aksara. Hlm, 216.
[6] Ibid,wahyu ilahi, hlm 141
[7] Ibid, wahyu ilahi, hlm 142
[8] Ibid. Wahyu ilahi, hlm 88