Tuesday, June 7, 2016

Pengambilan Keputusan

#Defenisi Masalah
        masalah adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah. identifikasi masalah hingga rekomendasi dan pengambilan keputusan.

#Keputusan dan ilmu perilaku organisasi
#Tahap-tahap pengambilan keputusan
   1. identifikasi masalah
   2. membuat daftar masalah
   3. identifikasi dari setiap masdalah dengan tujuan untuk memperoleh gambaran        secara lebih tajam
   4. memetakan masalah tersebut sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
   5. memastikan kembali alat uji tersebut telah esuai dengan kaedah-kaedah pada umumnya.

                 menurut SIMON (1960) "pengambilan keputuan terbagi dalam 4 tahap.
          1. intelegency
          2. design
          3. choice
          4. inplementasi

#Proses pengambilan keputusan
       1. mengidentifikasi masalah
       2. mengidentifikasi kiteria keputusan
       3. memberi bobot pada kiteria
       4. mengembangkan alternatif-alternatif
       5. menganalisis alternatif
       6. memilih satu alternatif
       7. menglaksanakan alternatif tersebut
       8. mengevaluasi efektifitas keputusan

#Perubahan dalam keputusan
       1. incremental changes:
                 perubbahan keputuan yang dapat ditafsirkan atau diperkirakan persentasenya yang akan terjadi dimasa depan berdasarkan data-data yang terjadi dimasa lalu

       2. Turbulance change:
                 merupakan pengembalian keputusan dalam keadaan yang sulit diperkirakan

#Pengembalian keputusan dalam berbagi kondisi
       1. kondisi pasti
       2. kondisi tidak pasti
       3. kondisi konflik

Saturday, June 4, 2016

PENEGERTIAN PERENCANAAN TEKNIK MONITORING dan EVALUASI DAKWAH


BAB    I
PENDAHULUAN
        
      1.Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dakwah banyak dilakukan oleh para da’i yang merupakan  kewajiban seluruh umat islam tanpa terkecuali baik itu muslim laki-laki atau perempuan diwajibkan untuk berdakwah baik itu sesama muslim maupun berbeda agama.dakwah saat ini banyak dikembangkan baik melalui media maupun melalui lainnya. Da’i juga perlu sebuah rancangan rencana untuk sebuah kegiatan yang akan dilakukan agar materi tersebut  dapat  diterima oleh mad’u atau sasaran dakwah. Rencana bukan saja digunakan dalam melaksanakan kegiatan bisnis atau dibadan pemerintahan saja akan tetapi perencanaan dapat dibutuhkan dalam kegiatan dakwah agar para da’i dapat mencapai tujuan akhir dakwah yaitu kebahagiaan  didunia dan diakhirat.
Namun tidak semua perencanaan begitu mulus dalam mencapai tujuan karena ada rintangan-rintangan yang akan dihadapi dalam menjalankan rencana maka dalam hal ini sangat diperlukan  monitoring dan evaluasi, karena monitoring  dan evaluasi bertujuan untuk meninjau rencana tersebut unutuk diberi penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu sebagai mahasiswa fakultas dakwah untuk mengetahui apa itu perencanaan, monitoring dan evaluasi yang akan dibahas.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian perencanaan dakwah
1.      Pengertian perencanaan.
Perencanaan menurut para ahli, perencanaan ini diproses oleh perencanaan hasilnya menjadi rencana. Perencanaan merupakan proses untuk menentukan rencana. Produk dari perencanaan adalah rencana. Perencanaan menurut louis
a.       Allen ialah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut komaruddin perencanaan adalah suatu proses yang menetapkan lebih dahulu  kegiatan yang harus dilakukan, prosedur dan metode pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan selama periode waktu tertentu.
Jadi dapat disimpulkan perencanaan merupakan pekerjaan untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur  dan program yang  diperlukan untuk mencapai keinginan dimasa yang akan datang.

2.      Pengertian perencanaan dakwah
Jadi jika pengertian perencanaan dihubungkan dengan pengertian dakwah maka dapat diketahui bahwa perencanaan dakwah adalah suatu proses pemikiran atau usaha sadar dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dengan prosedur dan metode pelaksanaannya untuk mencapai tujuan dakwah.
3.      Langkah-langkah perencanaan dakwah yang harus dilakukan:
 menurut stoner dalam agus sabardi (2000:55). Perencanaan merupakan kegiatan yang terbagi dalam empat tahap dan berlaku untuk semua kegiatan perencanaan pada unsur organisasi. Tahap-tahap perencanaan sebagai berikut:
a.       Menetap tujuan atau serangkaian tujuan perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang apa-apa saja yang akan dibutuhkan oleh organisasi atau kelompok kerja. Tanparumusan tujuan yang jelas, organisasi  akan menggunakan sumberdayanya secara tidak efektif.
b.      Merumuskan keadaan sekarang pemahaman tentang posisi organisasi dari tujuan yang hendak dicapai atau sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya dengan menganalisis kondisi organisasi saat ini, rencana kegiatan selanjutnya. Tahap ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistik yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.
c.       Identifikasi segala kemudahan dan hambatan segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor dari lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi dalam mencapai  tujuannya, atau mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi diwaktu mendatang adalah bagian esensi (pokok) dari proses perencanaan.
d.      Mengembangkan serangkaian kegiatan tahap terakhir dalam proses perencanan meliputi pengembangan berbagai alternative kegiatan untuk mencapai tujuan, evaluasi alternatif tersebut dan pemilihan alternative terbaik diantara alternative-alternative yang ada untuk mencapai tujuan.

Manfaat dari perencanaan dakwah antara lain:
a.       Dapat memberikan batasan tujuan dakwah sehingga mampu mengarahkan para da’i secara tepat dan maksimal.
b.      Menghindari penggunaan secara sporadic sumber daya manusia dan benturan aktivitas dakwah yang tumpah tindih.
c.       Dapat melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai problema dan merupakan sebuah persiapan dini untuk memberikan solusi dari setiap problem dakwah.
d.      Dapat melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik.
e.       Dapat melakukan pengawasan sesuai dengan ukuran-ukuran objektif.

Tujuan dari perencanaan dakwah
a.       Supaya kegiatan yang dilaksanakan dapat dijalankan dengan baik.
b.      Menetapkann suatu tujuan yang telah dirancang.
c.       Terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan akhirat
d.      Merencanakan metode yang telah ditentukan supaya metode tersebut bisa berjalan dengan lancar.

B.     Pengertian monitoring dan evaluasi dakwah
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakkan yang sedang dilaksanakan. Monitoring diperlukan agar keselahan dari awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pengukurang dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu pemantauan umumnya dilakukan untuk bertujuan tertentu atau memeriksa terhadap proses berikut, objek atau untuk mengevaluasikan kondisi atau kemanjuan menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakkan dari beberapa jenis antara lain tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.
Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapt dilakukan karena tidak tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu monitoring dan evaluasi harus berjalan seiring.
Disini kita tidak bisa hanya menjalankan atau melakukan evaluasi, atau hanya melakukan mentoring, seperti contohnya pada sebuah program monitoring, tidak boleh dirancang tanpa diketahui bagaimana data dan informasi  akan dievaluasi tepat guna, sebab ketidak mampuan dalam mengumpulkan dan menyimpan data yang akan digunakan. Monitoring adalah kegiatan yang berkesinambungan.
Evaluasi dan umpan balik untuk melihat dampak dakwah yang telah dilakukan, perlu selalu dievaluasi dengan mengacu kepada tolak ukur, baik yang bersifat strategi (QS. AL-mulk: 2-3) maupun yang bersifat operasional terukur.
Mengevaluasi hasil implementasi model strategi pemecahan. Evaluasi model dan strategi pemecahan berarti mengoreksi tiap tahapan pemecahan dakwah yang telah rujuk dengan kondisi objek dakwah dan lingkungannya, untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selanjutnya setelah mengetahui kekurangan dari tiap tahapan, maka selanjutnya merevisi tahapan yang kurang tepat dengan disesuaikan tahap perencanaan yang lebih sempurna. Evaluasi tersebut dapat menjawab, apakah program dakwah yang akan dijalankan bisa maksimal atau tidak, sesuai dengan umat atau tidak. Pada tahap analisis diperlukan sebuah evaluasi, materi yang disampaikan, metode, media dan lain sebagainya yang menunjang aktivitas dakwah selalu dibutuhkan sebuah evaluasi.
Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah:
a.       Memberikan kesimpulan dalam bentuk umpan balik sehingga dapat terus mengarahkan pencapaian visi/misi atau sasaran yang telah ditetapkan
b.      Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara yang terjadi dengan direncanakan, serta mengaitkannya dengan kondisi lingkungan yang ada
c.       Arah evaluasi bukan pada apakah informasi yang disediakan benar atau salah, tetapi lebih diarahkan pada perbaikan yang diperlukan atas implementasi kebijakan/program/kegiatan.

Manfaat  dari monitoring dan evaluasi
Manfaat monitoring adalah untuk melakukan kegiatan serta manfaat yang dapat kita ambil dari tindakkan tersebut adalah kita dapat mengenali masalah dari kegiatan yang sedang dilaksanakan sedini mungkin, melakukan perbandingan antara lokasi/tempat, menilai trend situasi tertentu sehingga dapat diambil tindakan korektif  secara tepat dan cepat.
Manfaat evaluasi
Kerana evaluasi harus melayani berbagai kebutuhan dalam sebuah satuan dakwah maka evaluasi juga mempunyai strategi atau metode yang banyak dan dilakukan pada berbagai tingkatan pelaksanaa program. Maka dengan adanya tujuan, tujuan evaluasi dalam satuan dakwah maka kita dapat mendapatkan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Diantaranya kita dapat menilai kelemahan dan kekuatan perencanaan dalam suatu kegiatan dakwah untuk menjadi lebih baik lagi.  Serta dapat menentukan proses derajat efektifitas kegiatan terhadap target dari sember daya pelayanan dan keuntungan yang diharapkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam lingkungan dakwah, serta dapat melihat dampak secara langsung dari kegiatan yang dilakukan dalam satuan dakwah.

C.     Kesimpulan
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakkan yang sedang dilaksanakan. Monitoring diperlukan agar keselahan dari awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Perencanaan menurut louis
a.       Allen ialah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut komaruddin perencanaan adalah suatu proses yang menetapkan lebih dahulu  kegiatan yang harus dilakukan, prosedur dan metode pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan selama periode waktu tertentu.
Jadi dapat disimpulkan perencanaan merupakan pekerjaan untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur  dan program yang  diperlukan untuk mencapai keinginan dimasa yang akan datang.
Jadi jika pengertian perencanaan dihubungkan dengan pengertian dakwah maka dapat diketahui bahwa perencanaan dakwah adalah suatu proses pemikiran atau usaha sadar dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dengan prosedur dan metode pelaksanaannya untuk mencapai tujuan dakwah.
Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapt dilakukan karena tidak tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu monitoring dan evaluasi harus berjalan seiring.
Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah:
d.      Memberikan kesimpulan dalam bentuk umpan balik sehingga dapat terus mengarahkan pencapaian visi/misi atau sasaran yang telah ditetapkan
e.       Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara yang terjadi dengan direncanakan, serta mengaitkannya dengan kondisi lingkungan yang ada
Arah evaluasi bukan pada apakah informasi yang disediakan benar atau salah, tetapi lebih diarahkan pada perbaikan yang diperlukan atas implementasi kebijakan/program/kegiatan
Tujuan dari perencanaan dakwah:
e.       Supaya kegiatan yang dilaksanakan dapat dijalankan dengan baik.
f.       Menetapkann suatu tujuan yang telah dirancang.
g.      Terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan akhirat
Manfaat dari perencanaan dakwah antara lain:
f.       Dapat memberikan batasan tujuan dakwah sehingga mampu mengarahkan para da’i secara tepat dan maksimal.
g.      Menghindari penggunaan secara sporadic sumber daya manusia dan benturan aktivitas dakwah yang tumpah tindih.
h.      Dapat melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai problema dan merupakan sebuah persiapan dini untuk memberikan solusi dari setiap problem dakwah.
i.        Dapat melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik.
j.        Dapat melakukan pengawasan sesuai dengan ukuran-ukuran objektif.



DAFTAR PUSTAKA

Hani,Handoko T. Manajemen,(yogyakarta:BPFE,1995)
M. Munir, S.Ag, M.A. Manajemen Dakwah, jakarta: kencana, 2009
Prof. Dr. Azhar Arsyad, NA. Pokok-pokok Manajemen, yogyakarta: pustaka pelajar,2003.
Semuel S. Lusi. Monitoring dan evaluasi, jakarta: 2015.
Wahyu Ilahi,S.Ag. M.A. Manajemen Dakwah, Jakarta: kencana,2009.















Saturday, April 16, 2016

FUNGSI MANAJEMEN 
Dalam PENGARAHAN ( DIRECTING )




Daftar Isi

KATA  PENGANTAR         ......................................................................................i
DAFTAR ISI                         .....................................................................................ii
BAB  I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.......................................................................................................1
B.     Rumusan masalah..................................................................................................2
C.     Tujuan penulis ......................................................................................................3
BAB  II : TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengarahan ( directing )........................................................................................3
BABIII : PEMBAHASAN                
A.    PENGARAHAN ( Directing )
1.      Definisi pengarahan.......................................................................................4
2.      Berbagai macam cara pengarahan ................................................................5
3.      Perintah dan intruksi......................................................................................6
4.      Tujuan pemberian perintah............................................................................7
5.       Bagaimana Pemberian Perintah Pada Pengarahan ?.....................................8
6.       Jenis-jenis perintah........................................................................................9
7.      Prinsip-prinsip perintah...............................................................................10
8.      Perintah satu aspek dari komunikasi............................................................11
BAB  IV : PENUTUP
A.    KESIMPULAN...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manajemen dari istilah kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Dalam makalah ini kami jelaskan tentang fungsi pengarahan dalam manajemen.
Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dan dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu sendiri.
Fungsi manajemen sebagai pengarahan yaitu: proses  program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi manajemen sebagai Pengarahan  :
1.      proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2.       Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3.       Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
B.     Rumusan masalah
1.      Definisi pengarahan.
Berbagai macam cara pengarahan.
2.      Perintah dan intruksi.
3.      Tujuan pemberian perintah.
4.      Jenis-jenis perintah.
5.      Prinsip-prinsip perintah.
6.      Perintah satu aspek dari komunikasi.
C.    Tujuan
            Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana fungsi manajemen sebagai pengarahan dan untuk menyelesaikan tugas manajemen.
                                                            




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengarahan ( directing )
Fungsi pengarahan atau penggerakkan (actuating) yang dikemukakan oleh George R. Terry, para ahli lain mengemukakan dengan istilah berbeda walaupun maksudnya sama, misalnya directing,leading,commanding, dan motivating. Perbedaan sebenarnya hanya terletak pada “ kesan “ saja misal:
1.      Istilah actuating, berarti menggerakkan dari belakang.
2.      Istilah commanding dan leading, berarti pimpinan berada ”diatas “dan tidak ikut serta mengamatipelaksanaan karena terlalu jauh dari bawah.
3.      Istilah directing, berati pimpinan berada disamping bawahan sehingga tidak jelas peranya dalam pelaksanaan.
4.      Istilah motivating, berarti pemimpin berada ditengah-tengah bawahan, dan dengan demikian dapat memberi bimbingan, perintah, nasihat, dan koreksi.

Menurut Siagian, istilah motivaating sudah mencakup adanya usaha mensinkronkan tujuan organisasi dengan tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi. Para bawahan pelaksanaan dalam memberikan jasa-jasa memerlukan beberapaa macam perangsang, karena sebagai manusia mempunyai dua macam kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan yang berbentuk materi, dan non materi. Yang sangat mendasar adalah dengan cara pemberian motivasi dalam mengarahkan atau menggerakkan mereka.
Berkaitan dengan pengertian pengarahan atau penggerakkan berikut ini adalah beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli:
1.      George R. Terry
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama  dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi.
2.      Harold Kootz dan Cyril O’Donnel
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan bagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
3.      Malayu Hasibuan
Pengarahan adalah mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif  dalam mencapai tujuan perusahaan.
4.      Siagian
Penggerakkan (motivating) adalah keseluruhan proses  pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efesiensi dan efesiensi.
           


BAB III

PEMBAHASAN

A.    Pengarahan ( Directing )

1.      Definisi pengarahan
pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan intruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik. Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang pemimpin. Karena pemimpin adalah manajemen  pengarahan yang berhubungan dengan usaha memberikan bimbingan dan saran kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-masing, maka pengarahan ada hubungannya dengan kepemimpinan atau seorang manager yang akan memberikan pengarahan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Seorang manajer atau pemimpin yang baik hendaknya sering memberi masukan-masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang senang dengan adanya suatu perhatian dari yang lain. Ada empat kemampuan yang dibutuhkan dalam masalah kemimpinan atau sebagai manager, diantaranya:
1.      Kemampuan untuk menggunakan kekuasaan secara efektif dan penuh rasa tanggungjawab, sehingga dapat dikatakan mampu memberi pengarahan.
2.      Kemampuan untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki berbagai pendorong motivasi pada setiap waktu dan situasi berbeda.
3.      Kemampuan untuk memberi inspirasi
4.      Kemampuan untuk menciptakan situasi-situasi yang kondusif bagi peningkatan motivasi.
Dari definisi diatas terdapat suatu cara yang tepat untuk digunakan yaitu:
1) Melakukan orientasi tentang tugas yang akan dilakukan
2) Memberikan petunjuk umum dan khusus
3) Mempengaruhi anggota, dan
4) memotivasi
Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan pegarahan directing diharapkan :
1.  Adanya kesatuan perintah (unity of command)
Dengan pengarahan ini akan diperolah kesamaan bahasa yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga tidak tercapai kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelaksana.
2.  Adanya hubungan langsung dengan bawahan
Dengan pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah atasan yang langsung kepada bawahan, tidak akan terjadi miskomunikasi. Disamping itu pegarahan yang langsung ini dapat mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan.
3.  Adanya umpan balik yang langsung.
Pimpinan dengan cepat memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk perbaikan. Salah satu alasan pentingnya pelaksanaan fungsi pengarahan dengan cara memotivasi bawahan adalah:
a) Motivasi secara implisit, yakni pimpinan organisasi berada di tengah-tengah para bawahannya dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan.
b) Adanya upaya untuk mensingkronisasikan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi dari para anggota organisasi.
c) Secara eksplisit terlihat bahwa para pelaksana operasional organisasi dalam memberikan jasa-jasanya memerlukan beberapa perangsang atau insentif.


2.Berbagai macam cara pengarahan
Macam-macam cara  pengarahan yang dilakukan dapat berupa :
1.      Orientasi
Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik.
2.      Perintah
Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.
3.      Delegasi Wewenang
Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya.
Kemampuan seorang manajer untuk memotivasi adan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi akan menentukan efektifitas manajer. Dan ini bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai suatu sistem akan mampu meramalkan perilaku dari bawahannya. Motivasi seperti yang telah disebutkan diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manajer.
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuaan individu dan pemahaman tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal disebut prestasi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi peranan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi.
1.      Model Tradisional
Tidak lepas dari teori manajemen ilmiah yang di kemukakan oleh Frederic Winslow Taylor. Model ini mengisyaratakan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaanyang harus dilakukan dengan sistem pengupahan intensif untuk memacu para pekerjaan agar memberikan produktivitas yang tinggi
2.      Model Hubungan Manusiawi
Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya mementukan bahwa kontrak-kontrak sosial karyawan pada pekerjaannya adalah penting, kebosanan dan tugas yang rutin merupakan pengurangan dari motovasi. Untuk itu para karyawan perlu dimotivasikan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial dan membuat mereka berguna dan penting dalam organisasi.
3.      Model Sumber Daya Manusia
Mc Gregor Maslow. Ardyris dan Lkert mengkritik model hubungan manusiawi bahwa seorang bawahan tidak hanya dimotivasikan dengan memberikan uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik, di beri tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan pelaksanaan tugas
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
            Pengarahan pada dasarnya akan berkaitan dengan :
1.      Faktor individu dalam kelompok
2.      Motivasi dan Kepemimpinan
3.      kelompok kerja, dan
4.      komunikasi dalam organisasi

3.  Perintah dan intruksi
            Perintah adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu,guna merealisasi tujuan perusahaan.
Ada batasan yang digunakan ,ada empat unsur suatu perintah yaitu :
a.       Instruksi resmi.
b.      Dari atasan kepada bawahan.
c.       Mengerjakan atau tidak mengerjakan.
d.      Merealisasi tujuan perusahaan.
Unsur diatas tersebut menyatu,apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka itu bukanlah dikatakan sebagai perintah.
Suatu perintah adalah instruksi resmi ,baik berbentuk lisan maupun tulisan. Perintah dikatakan resmi apabila yang mengeluarkan perintah itu adalah orang yang mempunyai wewenang untuk melakukan itu. Yang dimaksud dengan mempunyai wewenang ialah bahwa bilamana bawahan tidak melaksanakannya, maka orang yang mengeluarkan perintah itu dapat melakukan tindak sanksi. Sanksi disini memiliki pengertian sebagai akibat dari sebuah kesalahan yang dilakukan oleh bawahan.
Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya. Bawahan yang diperintah ini haruslah bawahan atasan yang bersangkutan ,tidak boleh bawahan dari atasan yang lain, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Sebagai wewenang atau hak khusus , maka dia mempunyai kekuatan sanksi ,wewenang tanpa sanksi tidak ada gunannya. Sanksi dapat berupa perpindahan pegawai, pemberhentian sementara pegawai bahkan dapat pula berupa pemberhentian atau pemecatan pegawai itu sendiri. Perintah atasan kepada bawahan haruslah ada kemungkinan pelaksanaannya. Kemungkinan pelaksanaan itu ditentukan oleh faktor- faktor pendidikan,pengalaman, waktu,alat alat serta keadaan bawahan dan tempatnya.

4 . Tujuan pemberian perintah
            Dalam melaksanakan suatu tugas ,hal utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dari kegiatan itu. Begitu pula dalam memberi perintah kepada bawahan ,tidak boleh sewenang- wenang , sambil lalu atau iseng-iseng. Memberi perintah kepada bawahan haruslah benar-benar merealisasi tujuan perintah itu. Dan harus ada keyakinan padanya bahwa dengan pemberian perintah itu benar tujuan perintah  dapat menjadi kenyataan.
Tujuan utama dalam pemberian perintah oleh atasan kepada bawahan ialah untuk mengkoordinasi kegiatan bawahan, agar kegiatan masing-masing bawahan yang beraneka ragam itu terkoordinasi kepada suatu arah ,yaitu arah tujuan perusahaan. Jadi dengan pemberian perintah itu,kegiatan-kegiatan bawahan yang menyimpang dari rel diarahkan kepada relnya, atau bawahan yang memliki masalah kerja seperti kerjannya lamban, dalam kegiatannya dibimbing untuk menambah kegiatannya, dan untuk menjalankan bawahan agar tidak sering berhenti dalam kinerjannya.
Dengan pemberian perintah itu,pemimpin bermaksud menjamin hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahannya. Memerintah bawahan adalah salah satu alat untuk berkomunikasi antara pemimpin dengan bawahan. dengan memberi perintah kepada bawahan pemimpin menyalurkan ide-idenya sedemikian rupa,kreasi dan arahan sehingga bawahan mengerti kemana kegiatan harus ditujukan.
Selain itu juga pemberian perintah bertujuan untuk memberikan pendidikan ,kegiatan ini harus berhubungan erat dengan maksud menambah pengetahuan bawahan yang menerima perintah tersebut.
Realisasi tujuan perusahaan adalah maksud dari pemberian perintah ,agar semua dapat terwujud semua berhubungan erat dengan   pengawasan.Apa yang diperintahkan oleh atasan kepada bawahan haruslah diawasi, agar perintah itu benar-benar dilaksanakan oleh bawahan yang bersangkutan  tertuju kepada realisasi tujuan perusahaan.

5 . Jenis-jenis perintah         
Jenis perintah bisa berupa lisan maupun tulisan. Jenis perintah yang berupa lisan apabila :
a. Tugas yang diperintahkan itu merupakan tugas yang sederhana ,
b.  Dan dalam keadaan darurat.
Keadaan yang dipergunakan dalam pemberian perintah yang berupa lisan juga dalam hal sebagai berikut :
1.       Bawahan yang diberi perintah sudah pernah mengerjakan perintah.
2.      Perintah itu dapat selesai dalam waktu singkat.
3.      Apabila dalam mengerjakan tugas itu ada kekeliruan ,tindakan akan membawa akibat yang besar .
4.      Apabila bawahan yang diperintah dalam buta huruf
Meskipun pemakaian perintah lisan itu adalah terbatas, tetapi harus dinyatakan bahwa perintah lisan mengandung beberapa sifat kebaikan sebagai berikut :
a. Tidak membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkannya.
b.Mempunyai kemungkinan untuk menjelaskan hal-hal yang kurang jelas.
c. Dapat dipergunakan kepada orang banyak.
Kekurangan yang utama dari perintah lisan adalah bahwa dia tidak begitu dipersiapkan atau direncanakan. Tambahan pula perintah lisan itu terlalu fleksibel.
Jenis kedua dari pemberian perintah adalah yang berbentuk tertulis. Meskipun telah dinyatakan bahwa hampir tidak ada penulis yang menolak pemakaian  atau pengguanaan perintah lisan ,namun pada umumnya mereka lebih condong untuk menganjurkan penggunaan perintah tertulis.Kebaikan dari perintah tertulis adalah sebagai   berikut :
a. Perintah tertulis dapat mudah diperiksa guna memelihara kebenaran.
b. Adanya perintah tertulis menyebabkan orang yang menerima perintah mengetahui benar tanggung jawabnya.
c. Perintah tertulis merupakan cara terbaik untuk menjamin persamaan dan keserupaan pelaksanaan diseluruh unsur organisasi.(john Robert beishline,op. cit,p.260)
Adapun keburukan dari perintah tertulis ,yakni memakan waktu, menelan biaya dan mengandung infleksibilitas.
Adapun perintah tertulis dapat diberikan dalam hal-hal sebagai berikut :
a.   Pada pekerjaan yang ruwet, memerlukan keterangan detail, angka angka pasti yang teliti.
b.   Bila pegawai yang diperintah berada ditempat lain.
c.   Jika pegawai yang diperintah memiliki keterbatasan dalam mengingat,atau pelupa.
d.  Jika tugas yang diperintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian lain.
e.    Jika dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahan yang terjadi dapat menimbulkan akibat yang besar.
Pemberian perintah digolongkan berdasarkan macam macam situasi maupun penerima perintah,sebagai berikut :
1.    Jenis demand, hendaknya dihindarkan,kecuali dalam keadaan darurat atau luar biasa. Perintah semacam ini dapat memperoleh tindakan yang segera dari pada pegawai yang luntur semangatnya.Dalam keadaan yang normal pemberian perintah semacam ini hanya akan menimbulkan suasana yang tegang.
2.      Jenis request, sering diberikan dalam situasi kerja normal. Perintah semacam ini akan lebih berhasil jika diberikan kepada pegawai-pegawai yang berpengalaman atau kepada pegawai -pegawai yang mudah tersinggung.
3.   Jenis suggestion, kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya inisiatif, pula dalam hal kita menghadapi pegawai-pegawai yang kompeten dan pegawai-pegawai yang segera mau menerima tanggung jawab.
4.      Jenis volunter,  sering diberikan untuk tugas-tugas dimana pegawai-pegawai biasanya enggan untuk melaksanakannya ,misalnya tugas-tugas pada waktu pegawai sedang beristirahat. 


6 . Prinsip-prinsip perintah
a. Perintah harus jelas
Salah satu kesalahan umum dalam memberikan perintah ialah anggapan bahwa perintah yang diberikan sudah cukup jelas. Ini karena perintah tidak diberikan secara teratur, diarikan secara tergesa-gesa atau sambil lalu. Perintah pada umumnya adalah perintah yang diberikan secara lisan.Perintahtertulis pada umumnya sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga perintah yang demikian lebih jelas dari pada perintah secara lisan.Banyaksekali kemungkinan belum begitu jelas bagi si penerima perintah,hal ini disebabkan oleh kedua sebab utama ,yaitu :
·         Kesukaran-kesukaran dalam penggunaan kata kata yang berwayuh arti,dan
·         Perhatian yang setengah-setengah.
Karena syarat suatu  pemberian perintah  harus jelas bagi penerima-perintah yang bersangkutan.suatu perintah adalah jelas ,bilamanaperintah tersebut memenuhi lima elemen sebagi berikut :
1.       Mengapa, suatu perintah harus mengandung pemberian alasan dari pengeluaran pertimbangan pertimbangan sendiri dan ini dapat mengurangi salah paham dan keengganan untuk melaksanakannya.
2.      Siapa, perintah itu haruslah diberikan kepada orang yang tepat mengingat pengalaman dan pengetahuan yang cakap dalam melaksanakan tugas itu.
3.       Apa, perintah itu harus mengandung penjelasan apa yang harus dilakukan dengan kata kata yang mudah dimengerti.
4.       Dimana, menuntut dari suatu perintah pemberian penjelasan tentang dimana bahan bahan dan  alat ditemukan ,dimana tugas harus dikerjakan. 
5.      Bagaimana, menuntut penjelasan tentang segala sesuatu yang menyangkut soal tugas yang diberikan itu sejelasnya sehingga penerima perintah telah menerima fakta-fakta yang cukup untuk melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadannya.
b. Perintah diberi satu persatu
Banyak kesalahan yang terjadi apabila dalam praktiknya yaitu pemberian perintah yang terlalu banyak pada suatu saat yang sama. Perintah yang terlalu banyak diberikan pada waktu yang sama , memberikan kesan yang tidak baik bagi penerima perintah. Adalah lebih tepat jika perintah diberikan satu persatu, bahkan walaupun perintah itu mempunyai pertalian yang erat satu sama lain. Sehubungan dengan ini ,maka suatu perintah janganlah terlalu detail,harus mengandung unsur fleksibilitas dengan maksud agar inisiatif bawahan dapat dihidupkan.
c.       Perintah harus positif
Kesalahan yang sering terjadi yaitu akibat dari pemberian perintah yang negatif. Memberikan perintah dengan memulai kata” jangan”  dapat menimbulkan salah pengertian bagi penerima perintah tersebut. Dalam memberikan perintah ,sebaiknya tidak mempergunakan perintah yang negatif. Sebab dengan memberikan perintah positif ,tegas, dan jelas apa yang harus dikerjakan oleh bawahan. 
d.      Perintah harus diberikan kepada orang yang tepat
Perintah haruslah diberikan kepada orang yang mengingat pengetahuan dan pengalamannya sanggup melaksanakan tugas itu. Sesungguhnya bukan saja tergantung kepada pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga pada kecukupan waktu serta peralatan yang tersedia untuk menyelesaikan tugas tersebut. Kecukupan waktu harus dihubungkan kepada tugas yang sudah diberikan sebelumnya. Unsur diman ‘siapa’ yang menerima perintah adalah sangat menunjang hal ini ,karena unsur ini yang mendapat tekanan,jadi suatu perintah harus diberikan kepada the right man.
e.       Perintah harus erat dengan motivasi
setelah orang bekerja pada umumnyamendapatkan balas jasa yang bersifat material, tetapi bilamana motivai hanya bersifat material saja, maka ada kecenderungan kendornya semangat kerja petugas. Ketiga macam kebutuhan atau motivasi haruslah didapat oleh seorang petugas agar ia mau mencurahkan tenaganya kepada pelaksanaan pekerjaannya.Dalam memerintah bawahan ,perintah tidak akan efektif ,bila perintah itu tidak dihubungkan dengan masalah pemberian motivasi.
f.       Perintah satu aspek berkomunikasi.
Perintah adalah salah satu alat berkomunikasi dengan seorang pemimpin kepada bawahan. sebagai alat berkomunikasi , maka pemimpin harus sanggup menyusun perintah sedemikian rupa agar berkenan di hati bawahannya dan ia mau mengerjakannya.meskipun tugas pemberian perintah adalah tugas atasan, namun perintah itu tidak boleh sewenang wenang .perintah tidak boleh sekedar menunjukan kekuasaan saja, selain harus berhubungan untuk merealisasi tujuan perusahaan , ia tidak boleh bertentangan dengan norma kesusilaan dan kemanusiaan.

7 . Perintah satu aspek dari komunikasi
            Dalam suatu pengarahan dalam fungsi manajemen, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, karena komuniksi yang efektif  bagi para manajer adalah proses memulai mana fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai. Selain itu komunikasi adalah kegiatan untuk para manajer mengarahkan dan mencurahkan sebagian besar proporsi waktunya.Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Dalam pengarahan mengharuskan manajer untuk berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan kelompok dapat tercapai. Komunikasi sebagai suatu proses dengan orang-orang bermaksud memberikan pengretian melalui pengiringan berita secara simbolis dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula.
Suatu komunikasi dapat diberikan beberapa batasan. Salah satunya batasan umum dan seringkali berlaku pada beberapa system organisasi adalah proses penyampaian informasi atau pengertian dari pengiriman pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda dan simbol yang sama, baik yang bersifat oral maupun bukan oral (Siswanto,1998). Dalam hubungannya dengan struktur organisasi dapat mengalir secara :
1.      Sistem Komunikasi Vertikal
Sistem ini terjadi dan berlangsung dari atas maupun dari bawah. Komunikasi dari atas terjadi manakala manajer mengadakan komunikasi dengan para bawahannya dari jenjang hierarki yang lebih tinggi kejenjang yang lebih rendah dan sebaliknya.
2.      Sistem Komunikasi Vertikal
Komunikasi ini terjalin antarderpatemen, unit, dan bagian dalam satu hierarki organisasi.
3.      Sistem Komunikasi Diagonal
Komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang menggunakannya amat langka. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu sebenarnya amat penting, khususnya apabila para bawahantidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui media lainnya.
Ada 8 elemen penting menurut Stoner dan Wankel (1986 : 501-504) tersebut meliputi :
a.       Pengirim (sender atau source)
b.      Penyanding (encoding)
c.       Pesan (message)
d.      Saluran (channel)
e.       Penerima (receiver)
f.       Pengurai sandi (decoding)
g.      Gaduh (noise)
h.      Umpan Balik (feedback)







           
BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pengertian pengarahan adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif secara efesien, agar terwujudnya tujuan dari perusahaan, karyawan bahkan  masyarakat .
Perintah adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu,guna merealisasi tujuan perusahaan. Dalam melaksanakan suatu tugas ,hal utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dari kegiatan itu. Begitu pula dalam memberi perintah kepada bawahan ,tidak boleh sewenang-wenang, Sambil lalu,atau iseng iseng. Memberi perintah kepada bawahan haruslah benar-benar merealisasi tujuan perintah itu.Jenis pemberian perintah yaitu terdiri dari dua yaitu tertulis dan tidak tertulis atau lisan.selain itu pula ada prinsip-prinsip yang mengikutsertakan suatu pemberian perintah yaitu perintah harus jelas,perintah diberi satu persatu,perintah harus positif, perintah harus diberikan kepada orang yang tepat, perintah harus erat dengan motivasi, perintah satu aspek komunikasi.












DAFTAR PUSTAKA
George R. Terry, 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa indonesia). PT. Bumi Aksara: Bandung
Handoko, T. Hani, 1986. Manajemen, BPEE Yogyakarta
Manullang,M .2001.dasar-dasar manajemen.Yogyakarta : gadjah mada university press.
 Refresensi-kepemimpinan.blogspot.com
Siswanto, Dr. H.B.2005.Pengantar Manajemen.Jakarta : Bumi Aksara
Pace, R.Wayne. Faules, Don F.2005.Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Handoko, T.Hani.2003.Pengantar Manajemen. Yogyakarta : BPFE